Lanjutan dari halaman sebelumnya...
PENENTUAN BIAYA POKOK PRODUK: TARIF OVERHEAD DEPARTEMENTAL
Manakala
departemen-departemen produksi berlainan secara signifikan dalam proses-proses
pabrikasinya, biaya overhead kemungkinan dikeluarkan secara berbeda pada setiap
departemen. Dalam hal ini, biaya overhead kemungkinan akan lebih akurat
dialokasikan dengan memakai tarif overhead departemental memungkinkan manajemen
untuk mengakui cara produk-produk yang berlainan membutuhkan overhead pabrikasi
yang berbeda-beda pada saat bergerak melalui berbagai departemen. Sebagai
contoh, sebuah departemen mungkin sangat terotomatisasi dengan sedikit
kebutuhan masukan tenaga kerja sehingga jam mesin ataupun waktu komputer akan
menjadi dasar terbaik bagi biaya overhead departemen untuk produk-produk yang
dihasilkan. Departemen lainnya mungkin intensif tenaga kerja, dan jam kerja
langsung akan menjadi basis yang paling akurat untuk pembebanan overhead
pabrikasi.
Tarif
overhead departemental ditentukan melalui sistem alokasi dua tahap. Gambar
dibawah memberikan eksplanasi proses dua tahap dari PT Menjangan Perak.
Dalam
pendekatan dua tahap, perusahaan mengakui adanya perbedaan antara departemen
jasa dan departemen produksi. Pada tahap pertama, overhead pabrikasi dalam
departemen jasa dialokasikan ke departemen produksi. Dalam tahap kedua,
overhead pabrikasi dalam departemen produksi. Dalam tahap kedua, overhead
pabrikasi dalam departemen produksi ini lantas dialokasikan lagi ke
produk-produk dengan memakai tarif overhead departemental.
Alokasi
Tahap Pertama: Departemen Jasa dan Sumber Daya ke Departemen Produksi
Dalam
alokasi tahap pertama, biaya overhead departemen jasa maupun sumber daya
manusia dialokasikan ke departemen-departemen produksi. Landasan yang dipakai
untuk pengalokasian biaya ini disebut pemicu sumber daya (resource driver).
Tahap I: mengalokasikan overhead jasa dan
overhead sumber daya ke departemen-departemen
produksi
Tahap II: mengalokasikan overhead
departemen produksi ke produk-produk dengan memakai
tarif departemental
contoh overhead departemen jasa dan sumber
daya manusia dipasangkan dengan pemicu sumber dayanya adalah sebagai berikut:
Departemen
Jasa atau Sumber Daya Pemicu
Sumber Daya
Penyusutan
pabrik
Ukuran persegi
Supervisi
Jam
kerja langsung
Listrik
Kwh (kilowat per jam)
Departemen
sumber daya manusia
Banyaknya karyawan
Kafetaria
Banyaknya karyawan
Waktu
lembur
Jumlah jam lembur
Departemen
pemeliharaan
Jam mesin
Bahan
penolong
Jam mesin
Tenaga
kerja tidak langsung
Rupiah tenaga kerja langsung
Data
PT. Menjangan Perak kembali dipakai untuk mengilustrasikan pendekatan dua tahap
ini. Diketaui sebelumnya bahwa jumlah overhead pabrikasi dianggarkan adalah
Rp4.800.000 Dari jumlah ini Rp180.000 diantaranya berkaitan dengan listrik dan
Rp3.000.000 berhubungan dengan tenaga kerja tidak langsung. Overhead lainnya
terdiri atas beban penyusutan dan keperluan administrasi, yang bersangkut-paut
secara langsung dengan departemen produksi. Dengan demikian, beban penyusutan dan
keperluan administrasi tidak dialokasikan karena biayaini sudah diperhitungkan
dalam departemen produksi.
Biaya
listrik dan tenaga kerja tidak langsung dialokasikan ke departemen-departemen
produksi berdasarkan pemicu sumber daya. Manajemen perusahaan memutuskan untuk
memakai kilowat (kwh) untuk mengalokasikan biaya listrik, dan jam kerja
langsung untuk mengalokasikan tenaga kerja tidak langsung. Informasi pemicu
sumber daya adalah sebagai berikut:
Departemen Departemen
Kilowat (Kwh)
200.000
25.000
225.000
Jam kerja langsung (JKL) 12.000 8.000 20.000
Kilowat
per jam ditentukan dengan membaca meteran listrik di setiap departemen yang
ada. Departemen perakitan memakai jauh lebih banyak kilowat dibandingkan
departemen pengecatan karena departemen perakitan menggunaklan perlengkapan
yang memakan banyak tenaga listrik.
Tarif
pemicu sumber daya untuk alokasi tahap pertama ditentukan sebagai berikut:
Departemen
Jasa
Overhead Dasar
Pemicu Tarif Pemicu
Listrik
Rp 180.000
225.000 Rp 0,80
per Kwh
Tenaga kerja tidak langsung 3.000.000 20.000 (JKL) Rp 150 per JKL
Tabel
dibawah memperlihatkan alokasi tahap
pertama biaya-biaya departemen jassa dan sumber daya ke departemen-departemen
produksi perusahaan. Tarif pemicu sumber daya dikalikan dengan kuantitas pemicu
sumber daya untuk setiap departemen produksi.
Alokasi Tahap Pertama
Sumber Daya
|
Departemen
Perakitan:
Listrik
0,80 per Kwh
200.000 Kwh Rp
160.000
Tenaga
kerja tidak langsung Rp 150 per
JKL 12.000 JKL 1.800.000
Departemen
Pengecatan:
Listrik
0,80 per Kwh
25.000 Kwh Rp
20.000
Tenaga
kerja tidak langsung Rp 150 per
JKL 8.000 JKL 1.200.000
|
Jumlah overhead departemen produksi kini
dapat dirangkum seperti yang tercantum berikut:
Overhead
Departemen
Departemen
Pabrikasi Perakitan Pengecatan Jumlah
|
Listrik
dialoksikan Rp
160.000 Rp
20.000 Rp 180.000
Tenaga
kerja tidak
langsung dialokasikan 1.800.000 1.200.000 3.000.000
Beban
penyusutan
1.100.000
250.000
1.350.000
Keperluan
administrasi 240.000 30.000 270.000
Jumlah Rp
3.300.00 Rp
1.500.000 Rp 4.800.000
|
Alokasi Tahap Kedua: Departemen Produksi ke Produk
Tahap
kedua memakai pemicu aktivitas untuk mengalokasikan biaya overhead departemen
produksi ke produk. Pemicu aktivitas (activity
driver) adalah suatu ukuran konsumsi aktivitas oleh sebuah obyek biaya,
seperti sebuah produk.pemicu aktivitas untuk setiap departemen produksi PT
Menjangan Perak adalah jam kerja langsung. Tarif aktivitas ditentukan dengan
menbagi overhead pabrikasi departemen produksi dengan dasar aktivitas untuk
setiap departemen (jam kerja langsung), seperti berikut:
Perakitan
Pengecatan
Jumlah overhead pabrikasi Rp 3.300.000 Rp 1.500.000
Dasar aktivitas ÷12.000
JKL ÷8.000
JKL
JKL:
Jam Kerja Langsung
Diasumsikan bahwa dua
produk PT Menjangan Perak mengkonsumsi sumber daya departemen produksi sebagai
berikut:
Produk RX merupakan produk intensif modal
sehingga membutuhkan 10 jam kerja langsung per unit di Departemen Perakitan dan
2 jam kerja langsung di Departemen Pengecatan.
Produk MZ merupakan produk intensif tenaga
kerja dan membutuhkan 3 jam kerja langsung per unit di Departemen Perakitan dan
5 jam kerja langsung di Departemen Pengecatan.
Tabel dibawah memaparkan alokasi tahap
kedua biaya overhead kepada produk dengan menggunakan tarif tersebut. Tarif
pemicu aktivitas (jam kerja langsung, JKL) dikalikan dengan frekuensi aktivitas
(jumlah jam kerja langsung) untuk setiap unit.
Alokasi
Tahap Kedua
Frekuensi Tarif
Aktivitas Aktivitas = Biaya Aktivitas
|
Produk RX
Dept. Perakitan 10
JKL Rp 275 per JKL RP 2.750
Dept. Pengecatan 2 JKL Rp 187,5 per JKL 375
Produk MZ
Dept. Perakitan 2
JKL Rp 275 per JKL Rp 550
Dept. Pengecatan 6 JKL Rp 187,5 per JKL 1.125
|
Overhead
di Departemen Perakitan lebih mahal ketimbang overhead di Departemen
Pengecatan. Akibatnya, Produk RX mempunyai biaya overhead per unit lebih tinggi
daripada Produk MZ karena Produk RX menggunakan aktivitas Departemen Perakitan
lebih banyak ketimbang Produk MZ.
Distorsi Biaya Produk-Tarif Seluruh Pabrik Versus Tarif Departemental
Tabel berikut merangkum biaya unit
overhead pabrikasi yang sudah ditentukan dari uraian sebelumnya:
Produk RX
Rp 2.880
Rp 3.125
Produk MZ 1.920 1.675
Biaya produk dalam metode
tarif tunggal seluruh pabrik ternyata berbeda dengan biaya produk dengan metode
tarif departemental. Yang mana yang benar? Metode tarif tunggal di seluruh
pabrik mendistorsikan biaya produk dengan cara merata-ratakan (yakni, dengan
mematok tarif tunggal Rp240 per jam kerja langsung) perbedaan antara biaya
overhead yang tinggi di Departemen Perakitan dengan biaya overhead yang rendah
di Departemen Pengecatan. Dengan menerapkan tarif tunggal di seluruh pabrik,
maka diasumsikan bahwa semua overhead berhubungan secara langsung dengan satu
aktivitas yang mewakili keseluruhan pabrik. Tentu saja dalam banyak sistem
pabrikasi asumsi seperti ini keliru dan tidak realistik.
Kondisi
umum berikut dapat menunjukkan bahwa suatu tarif tunggal overhead di seluruh
pabrik akan menyebabkan distorsi biaya produk:
·
Kondisi
1: Perbedaan Sumber Daya. Terdapat perbedaan signifikan dalam
jumlah sumber daya overhead pabrikasi yang dipakai untuk semua departemen
produk. Beberapa departemen produksi memerlukan sedikit sumber daya, sedangkan
departemen lainnya mengkonsumsi sumber daya yang lebih banyak.
·
Kondisi
2:
Perbedaan penggunaan aktivitas. Produk
membutuhkan jumlah yang berbeda dengan pemakaian aktivitas dalam setiap
departemen produk atau mempunyai urut-urutan produksi yang berbeda.
Kondisi pertama
menyebabkan tarif aktivitas untuk setiap departemen produksi menjadi berlainan.
Situasi seperti ini langsung pada PT Menjangan Perak. Departemen perakitan
memerlukan lebih banyak sumber daya overhead pabrikasi ketimbang Departemen
Pengecatan. Oleh karena itu, Departemen Perakitan mempunyai tarif aktivitas
yang lebih tinggi ketimbang Departemen Pengecatan. Sekalipun demikian, apabila
sumber daya overhead pabrikasi kira-kira sama di semua departemen produksi,
maka tarif di seluruh pabrik kemungkinan akan serupa dengan tarif
departemental. Dalam kondisi yang sangat jarang seperti ini, biaya produksi
kemungkinan tidak akan terdistorsi andai kata diterapkan metode tarif tunggal.
Kondisi I sendiri tidaklah berarti bahwa
biaya produk akan terdistorsi. Selain perbedaan sumber daya, harus pula
terdapat perbedaan aktivitas yang dipakai pada semua departemen produksi
berdasarkan produk. Gambar diatas juga memperagakan diversitas penggunaan
aktivitas, yakni dalam kondisi II. Karena PT Menjangan Perak mempunyai
perbedaan penggunaan aktivitas dan sumber daya, maka biaya produk tidak akan
berjumlah Rp 2.880 ataupun Rp 1.920. metode tarif departemental memberikan
kalkulasi biaya produk yang lebih akurat.
Sumber: Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Manajemen Edisi II. Jakarta: UPP AMP
YKPN
Pernah belajar akutansi tapi belum paham-paham. Mungkin kurang serius belajar soal akunting.
ReplyDeleteJika ada waktu, silakan mampir ke blog kami: ANEKA CARA BLOG
Terima kasih.
jangan kapok berkunjung di blog saya gan ;)
DeleteWow, Blog Akuntansi ya Gan. Kebetulan Adik sy kuliah Akuntansi. Bisa tak rekom Blog ini Gan. Makasih
ReplyDeleteTRAVELLING YUK!
wah kebetulan salam buat adeknya bang, terimakasih sudah berkunjung sukses dan sehat selalu :)
DeleteMantap nih artikelnya, penjelsannya mudah dipahami. Thanks gan...
ReplyDeletewww.pintuwawasan.com
terimakasih sudah mampir sukses dan sehat selalu :)
Delete